Penyakit Layu Bakteri atau Penyakit Darah pada Tanaman Pisang

Tanaman pisang terdampak penyakit darah disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanecearum atau lebih dikenal dengan nama Blood Disease Bacterium (BDB).

Tanaman pisang (Musa spp.) merupakan salah satu komoditas buah yang penting di Indonesia dan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia, mulai dari buah, daun, hingga jantung pisang yang dimanfaatkan oleh manusia. Pisang juga memberikan sumbangan ekspor nonmigas yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tanaman pisang tumbuh dengan baik dan Kabupaten Malaka, Manggarai dan Manggarai Timur menjadi penghasil terbesar di NTT. Namun, pengembangan tanaman pisang di Indonesia terkendala dengan adanya penyakit yang menyerang tanaman pisang, seperti penyakit layu bakteri yang mengganggu proses produksi tanaman pisang dan mengancam industri pisang di Indonesia. Penyakit layu bakteri atau penyakit darah disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanecearum atau lebih dikenal dengan nama Blood Disease Bacterium (BDB).

Peta sebaran serangan OPT Layu Bakteri Pisang Tahun 2023 Provinsi NTT

Penyebarannya sangat cepat melalui serangga, peralatan yg tidak steril, sanitasi lahan dan tanaman yang tidak diperhatikan. Rata-rata tanaman pisang di NTT dibiarkan saja dan tidak terawat secara baik dikarenakan tanaman pisang dianggap tanaman yang mudah tumbuh. Penanganan pasca panen yang juga tidak diperhatikan, bahkan ada perlakuan dimana pembeli sendiri  yang melakukan kegiatan panen di kebun tanpa memperhatikan sterilisasi peralatan seperti parang yang digunakan. Jika parang yangg digunakan pada tanaman yang terinfeksi dipakai lagi pada tanaman lain yang sehat maka resiko terjangkitnya penyakit darah akan semakin besar.

Penyakit ini dapat menurunkan produksi pisang secara signifikan. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini dan upaya pengendaliannya sangat penting untuk menjaga keberlanjutan produksi pisang di NTT.

Monev OPT Horti 2023 Desa Kakor, Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten Mabar

Tanda yang terlihat pada tanaman pisang yang terkena layu bakteri meliputi:

  1. Daun menguning dan kering yang dimulai dari pucuk. Gejala ini merupakan tanda awal dari infeksi layu bakteri pada tanaman pisang.
  2. Pangkal daun patah pada tanaman dewasa. Hal ini menyebabkan daun menggantung di sekitar batang.
  3. Bentuk buah tidak sempurna. Pada tanaman yang berbuah, buah yang terinfeksi layu bakteri dapat menunjukkan bentuk tidak normal
  4. Cairan berwarna merah darah pada pembuluh batang. Bakteri menyerang pembuluh batang tanaman pisang melalui akar dan mengeluarkan racun hingga pembuluh tersebut mengeluarkan cairan berwarna merah darah.
  5. Cairan coklat kemerahan pada bagian tandan dan buah pisang. Pada buah yang terinfeksi, dapat terlihat adanya cairan coklat kemerahan.
  6. Buah tampak seperti dipanggang, berwarna kuning coklat dan busuk. Gejala ini muncul karena adanya respon dari tanaman terhadap cekaman yang diberikan oleh bakteri.
Monev OPT Horti 2023 Desa Kakor, Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten Mabar

Tanda-tanda ini dapat membantu dalam mendiagnosis infeksi layu bakteri pada tanaman pisang dan mengambil langkah-langkah pengendalian yang tepat. Saat ini, serangan penyakit darah pada tanaman pisang sudah tersebar cukup meluas di beberapa wilayah di Provinsi NTT, diantaranya  Kabupaten Ngada dengan luas serangan terbesar yaitu 724 Ha, diikuti Kabupaten Manggarai dengan luas serangan  344 Ha, Kabupaten Manggarai seluas 187 Ha, Ende seluas 148 Ha dan beberapa Kabupaten lain seperti Sikka dan Manggarai Barat.

See also  Pemerintah Kabupaten Rote Ndao dalam rangka stabilisasi pasar dan harga pangan menjelang HBKN Gelar Gerakan Pangan Murah

Upaya pencehagan (preventif) sangat perlu dilakukan untuk menghindari serangan penyakit layu bakteri pisang pada wilayah-wilayah yang belum terserang, antara lain:

  1. Pemakain jenis pisang tahan seperti; Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora yaitu sejenis pisang kepok yang tidak mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga, Mas Sasih, Mas Tahun, Merlin, Gancan, Palembang, Ketip Warangan, Udang, Batu, Bojog, Cenana Bang dan Jelawe
  2. Hindari penggunaan bibit dari daerah terinfeksi, yaitu jangan membawa bibit dari daerah yang pernah atau sedang terserang penyakit ini, karena ini dapat menyebabkan penyebaran penyakit.
  3. Penggunaan alat pertanian selektif yaitu penggunaan peralatan yang setelah digunakan di suatu tempat, harus dicuci bersih terlebih dahulu/ disterilkan untuk menghindari bibit penyakit yang terbawa pada alat tersebut.
  4. Lakukan sanitasi lahan yaitu disarankan tidak melakukan tumpang sari atau menanam pisang di lahan bekas pertanaman tomat, cabai, terung, rimbang/tekokak, meniran, leunca dan kelompok tomat-tomatan lainnya. Tanaman – tanaman tersebut diduga menjadi inang sementara bakteri          R solanacearum penyebab penyakit layu bakteri pada pisang
  5. Perbaikan Drainase.
  6. Menghindari luka pada akar
  7. Rotasi dengan tanaman bukan inang
  8. Pengapuran/ abu
  9. Pemberian pupuk organik (kompos, pupuk kandang);
  10. Penjarangan anakan; dipotong (setelah 30 cm) ±5 cm dari titik tumbuh;
  11. Pengendalian serangga penular : ulat penggulung daun Erionata thrax L. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis.
  12. Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghalangi kedatangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
  13. Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
  14. Potong bunga jantan segera setelah sisir terakhir terbentuk, untuk menghindari infeksi serangga penular;
  15. Kondomisasi terhadap bunga.
  16. Pemanfaatan agens antagonis seperti Pseudomonas fluerescens, Bacillus subtilis. (Entomopatogen), dengan atau tanpa kompos. Istilah lain dari jenis bakteri ini adalah PGPR (Plant Growth Promoting Rizobacter). Salah satu formulasi yang sudah ada dipasaran misalnya BIO-SPF. Formulasi BIO-SPF ini dalam bentuk serbuk kemasan 100 gr. Penggunaan PGPR atau misalnya dalam hal BIO-SPF adalah dengan metode dikocorkan di pangkal batang dan juga perendaman bibit untuk antisipasi penyakit sejak dini.
See also  Pj.Gubernur Andriko Susanto Dorong Tingkatkan Produksi Pertanian Padi di TTS

Upaya pengendalian pada wilayah yang sudah terserang antara lain:

  1. Pembersihan lahan dan pengasapan tanaman untuk mematikan bakteri sebab dengan suhu diatas 37 derajat,  bakteri dan patogen lainnya akan mati…
  2. Tanaman yang sudah terkena sulit untuk disembuhkan jadi upaya yang dilakukan untuk menjaga tanaman yang masih sehat agar tidak terkena serangan.
  3. Eradikasi dan rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sejenis  untuk memutuskan rantai penyakit. Sebelum dilakukan eradikasi, dilakukan pengasapan terlebih dahulu agar bakteri mati dan tidak menyebar. Eradikasi membutuhkan biaya tinggi maka perlu kesadaran dan dukungan Pemda setempat dan stake holder terkait untuk bergerak Bersama-sama dalam upaya pengendalian.
  4. Identifikasi lokasi yang sudah terkena dan harus dilakukan isolasi agar tanaman pisang yang sudah terkena tidak boleh keluar ke lokasi lain.
  5. Gali lubang disekitar rumpun tanaman pisang yang sehat lalu dibiarkan 6-7 jam  selama kurang lebih 3 hari dengan tujuan agar perakaran tanaman mendapat sinar matahari kemudian diberi perlakuan pemupukan.

Similar Posts