Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Rilis Dampak El Nino terhadap Tanaman Jagung dan Padi di NTT

Suara-ntt.com, Kupang-Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merilis dampak El Nino (perubahan iklim) terhadap ketersediaan pangan khususnya tanaman jagung dan padi di NTT.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Billy Oemboe Wanda mengatakan pengaruh El Nino menyebabkan perubahan pola cuaca global yang dapat berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

“Dampak dari El Nino ini menyebabkan kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman, ancaman gagal panen dan ketidakstabilan pasar,”kata Joaz Billy kepada media ini di ruang kerjanya pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Untuk NTT sendiri dampak dari El Nino menyebabkan kekeringan dan ancaman gagal panen. Berdasarkan data yang ada sampai bulan Juni 2024, dimana luas kerusakan tanaman jagung akibat Dampak Perubahan Iklim (DPI) terjadi di Kabupaten Sikka seluas 1.652,55 hektare (ha).

Sementara pada periode yang sama juga terjadi kerusakan pada tanaman padi akibat DPI dan terluas di Kabupaten Sumba Timur seluas 345 ha.

Dikatakan, untuk mengantisipasi dampak El Nino yang terjadi saat ini maka pihaknya telah melakukan akselerasi pembangunan terhadap ketersediaan pangan melalui mitigasi yakni; koservasi air (mengadopsi teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air, manfaatkan irigasi di lokasi dengan bijak).

Kemudian melakukan diversifikasi tanaman (tanaman tahan cuaca panas seperti kacang-kacangan) dan penggunaan teknologi dan informasi.

Selanjutnya melakukan antisipasi menyebarluaskan informasi prakiraan cuaca dari BMKG sebagai peringatan dini untuk menentukan jadwal tanam; Monitoring dan pelaporan perkembangan luas DPI; Pemantauan intensif, peringatan dini dan inventarisasi lahan terkena kekeringan; Identifikasi dan pemetaan lahan yang tersedia sumber air sehingga dapat disesuaikan dengan waktu tanam dan keberlanjutan ketersedaan air bagi tanaman; Edukasi kepada petani untuk selektif menanam jenis komoditi yang umur pendek dan tahan kekeringan.

See also  Mahasiswa PKL Universitas Pendidikan Guru 45 (UPG 45)  Pelajari Penerapan Agens Pengendali Hayati di Laboratorium Hayati dan Biopestisida

Untuk tahap adaptasi lanjutnya koservasi air (mengadopsi teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air, manfaatkan irigasi di lokasi dengan bijak); Diversifikasi Tanaman (tanaman tahan cuaca panas seperti kacang-kacangan); Penggunaan Teknologi dan Informasi. Lalu pola tanam disesuaikan
dengan musim tanam dan jenis komoditi; Optimalisasi Brigade Alsintan; Penggunaan varietas toleran kekeringan dan umur pendek.

Lebih lanjut kata dia, Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mendapatkan bantuan dari Kementerian Pertanian RI dari kegiatan pompanisasi untuk Penambahan/Perluasan Areal Tanam (PAT) sesuai usulan Kabupaten se-NTT melalui Dinas Pertanian Kabupaten tertentu di daerah yang masih tersedia sumber air baik air sungai dan air permukaan berupa Pompa Air 3 dim, dan 4 dim serta irigasi perpompaan dan perpipaan.

Dia menambahkan pihaknya melalui kegiatan Antisipasi Gagal Panen memberikan bantuan benih di kabupaten yang terdampak kekeringan. Benih yang dibantu yaitu benih padi, jagung, sorgum, kacang hijau dan benih hortikultura berupa sayuran.

“Adanya gerakan masyarakat (petani) untuk memanfaatkan lahan yang ada dan masih tersedia sumber air untuk menanam tanaman sayuran yang umur pendek seperti sawi pakchoi, kangkung dan sayuran lain untuk mendapatkan produksi dan pendapatan untuk kapitalisasi ekonomi keluarga mereka,”ungkapnya. ***

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Rilis Dampak El Nino terhadap Tanaman Jagung dan Padi di NTT – Suara NTT (suara-ntt.com)

Similar Posts