Inovasi Pengendalian Hayati pada Kakao: Keberhasilan Aplikasi Trichoderma Di Kebun Dinas Wairklau

Sikka, 10 April 2025 – Upaya pengendalian penyakit pada tanaman kakao telah menunjukkan hasil positif melalui pendekatan hayati yang diterapkan oleh Laboratorium Lapangan (LL) Sikka. Sebagai unit kerja di bawah UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan (PKDLHP) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, LL Sikka berhasil membuktikan efektivitas agen pengendali hayati (APH) Trichoderma dalam mengatasi permasalahan penyakit pada tanaman kakao.

Implementasi APH pada Tanaman Kakao

Pada 11 Februari 2025, Tim LL Sikka melaksanakan program pengendalian terpadu pada tanaman kakao di Kebun Dinas Wairklau. Program ini menggabungkan aplikasi APH Trichoderma dengan teknik budidaya berupa pemangkasan dan penjarangan tanaman. Intervensi ini dilakukan sebagai respons terhadap tingginya serangan penyakit Phytophthora dan busuk buah yang menjadi tantangan utama dalam budidaya kakao di kawasan Flores. “Pengendalian hayati merupakan salah satu pendekatan berkelanjutan yang kami kembangkan untuk mengatasi permasalahan penyakit pada tanaman perkebunan,” ujar Kepala LL Sikka ibu Uly Odo. “Trichoderma dipilih karena kemampuannya sebagai antagonis terhadap berbagai patogen tanaman, terutama yang menyerang tanaman kakao.”

Hasil yang Menggembirakan

Setelah dua bulan aplikasi, pengamatan di lapangan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Buah kakao pada area perlakuan terlihat sehat dan terbebas dari gejala serangan penyakit Phytophthora maupun busuk buah yang sebelumnya umum ditemukan. Kondisi ini kontras dengan area tanpa perlakuan yang masih menunjukkan gejala serangan patogen.

Trichoderma bekerja melalui beberapa mekanisme, di antaranya kompetisi ruang dan nutrisi, antibiosis, mikoparasitisme, serta kemampuannya menginduksi ketahanan tanaman. Kombinasi mekanisme tersebut memberikan perlindungan menyeluruh pada tanaman kakao, terutama pada bagian buah yang rentan terhadap infeksi patogen.

Strategi Terpadu

Keberhasilan program ini tidak lepas dari pendekatan terpadu yang diterapkan. Pemangkasan cabang tidak produktif dan penjarangan tanaman memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan patogen penyebab penyakit.

“Kami menekankan pendekatan terpadu, tidak hanya mengandalkan satu metode pengendalian. Kombinasi APH dengan praktik budidaya yang tepat terbukti memberikan hasil optimal,” tambah  Ibu Uly.

Potensi Pengembangan

Laboratorium Lapangan Sikka memiliki tugas pokok menyebarkan dan mengaplikasikan APH, khususnya Beauvaria bassiana dan Trichoderma di Daratan Flores. Keberhasilan program di Kebun Dinas Wairklau membuka peluang untuk replikasi di wilayah perkebunan kakao lainnya di NTT.

Program ini sejalan dengan visi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT dalam mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Penggunaan APH meminimalkan ketergantungan terhadap pestisida kimia, mendukung kesehatan ekosistem, serta meningkatkan nilai ekonomi produk pertanian.

“Kami optimis pendekatan hayati ini dapat diadopsi secara luas oleh petani kakao di NTT. Selain efektif mengendalikan penyakit, teknologi ini relatif murah dan berkelanjutan,” pungkas Kepala UPTD PKDLHP ibu Dewi Manek.

Keberhasilan program pengendalian hayati pada tanaman kakao di Kebun Dinas Wairklau menjadi bukti nyata kontribusi inovasi teknologi dalam menjawab tantangan pertanian di era modern. Dengan komitmen dan kolaborasi berbagai pihak, pendekatan serupa diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan produktivitas kakao secara berkelanjutan di Provinsi NTT.

Hasil Penggunaan Trichoderma pada Kebun Kakao di Sikka

Similar Posts