Prabowo dan Revolusi Pangan: Dari Sawah ke Panggung Dunia


Oleh: Entang Sstraatmadja
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan tekad luar biasa untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dan mewujudkan swasembada beras yang berkelanjutan. Dalam pidato perdananya sebagai Presiden Republik Indonesia, ia menegaskan bahwa kemandirian pangan dan energi adalah kunci menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Semangat dan Visi Prabowo
Presiden Prabowo menekankan beberapa poin penting:
- Mewujudkan bangsa yang mandiri dan tidak bergantung pada impor pangan.
- Meningkatkan produksi pertanian nasional agar Indonesia dapat menjadi penopang ketahanan pangan dunia.
- Berbagi hasil produksi kepada negara lain sebagai bentuk solidaritas dan tanggung jawab global.
- Membangun infrastruktur pendukung pertanian — seperti gudang, sistem pendingin hasil panen, dan jalur distribusi di tiap desa — untuk menjamin efisiensi dan mutu hasil tani.
- Mengajak seluruh elemen bangsa bekerja keras dan bergotong royong, bukan sekadar mengeluh atau bergantung pada bantuan luar negeri.
Pidato yang Menggetarkan Dunia
Dalam pidato berapi-api di Sidang Umum PBB di New York, Presiden Prabowo berhasil memukau dunia. Tepuk tangan panjang menggema di ruang sidang. Para pemimpin dunia melihat ketegasan Indonesia dalam bersikap terhadap kejahatan kemanusiaan dan dalam membangun ketahanan pangan secara berdaulat.
Selain menyerukan perdamaian dunia, Prabowo juga menegaskan bahwa Indonesia kini berada di jalur pasti menuju swasembada beras dan siap menjadi Lumbung Pangan Dunia.
Rahasia di Balik Swasembada Beras 2025
Beberapa capaian penting di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo antara lain:
- Produksi beras meningkat menjadi 33,8 juta ton, dengan surplus 3,5–4 juta ton, membuat impor beras dihentikan sepenuhnya.
- Stok nasional kini mencapai lebih dari 4 juta ton — tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
- Nilai Tukar Petani (NTP) naik signifikan menjadi 121 (Mei 2025), dibanding 116 pada Mei 2024.
- Pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan jagung, serta menyerap seluruh hasil panen petani.
Keberhasilan ini menjadi berkah bagi Indonesia, meski berdampak pada negara eksportir seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja yang kehilangan pasar ekspor berasnya. Tantangan berikutnya adalah menjaga swasembada beras ini agar berkelanjutan.
Enam Langkah Strategis Prabowo
Rahasia sukses pemerintahan Prabowo dapat dirangkum dalam enam langkah besar:
- Menaikkan HPP gabah dan jagung untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
- Menjamin penyerapan hasil panen oleh Bulog, sehingga petani memiliki kepastian harga dan pasar.
- Menghentikan impor beras, memberi ruang bagi pertanian domestik tumbuh tanpa tekanan dari luar.
- Mencetak tiga juta hektare sawah baru dalam lima tahun, memperkuat basis produksi pangan.
- Modernisasi pertanian dengan mekanisasi dan teknologi canggih (Alsintan) di tingkat kelompok tani.
- Kemitraan erat dengan petani dan organisasi tani seperti KTNA, HKTI, dan SPI untuk memastikan kebijakan berjalan tepat sasaran.
Swasembada: Harga Mati
Dalam setiap kesempatan, Presiden Prabowo menegaskan bahwa swasembada pangan—khususnya beras—adalah harga mati. Ia tidak ingin ketahanan pangan bangsa ini digadaikan demi kepentingan jangka pendek. Kebijakan pangan di bawah pemerintahannya bukan sekadar slogan, tetapi wujud nyata dari keberpihakan terhadap petani dan kemandirian bangsa.
Kini, dengan capaian yang telah diraih, Indonesia berdiri tegak sebagai bangsa yang mampu memberi makan dirinya sendiri—bahkan membantu bangsa lain. Dan untuk itu, Presiden Prabowo pantas dihormati.
Sumber : https://fusilatnews.com/prabowo-dan-revolusi-pangan-dari-sawah-ke-panggung-dunia/
