Pelatihan Perbanyakan Agens Pengendali Hayati oleh UPTD PKDLHP: “Meningkatkan Keberlanjutan Pertanian Kelompok Tani Sehati”

Di tengah maraknya isu keberlanjutan dalam pertanian, Kelompok Tani Sehati di Desa Tublopo, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), semakin meneguhkan langkah mereka menuju pertanian yang ramah lingkungan. Selama lima tahun terakhir, kelompok tani yang terdiri dari para petani hortikultura ini telah menerapkan sistem pertanian terintegrasi yang menggabungkan budidaya tanaman dengan peternakan, menggunakan pupuk kandang dan kompos sebagai pupuk utama. Untuk lebih memperkuat ketahanan tanaman mereka terhadap penyakit, Kelompok Tani Sehati baru-baru ini mengikuti pelatihan perbanyakan agens pengendali hayati yang diselenggarakan oleh UPTD PKDLHP, khususnya Seksi Laboratorium Hayati dan Biopestisida.

Peran Penting Trichoderma dalam Pertanian Berkelanjutan

Trichoderma, agens pengendali hayati yang diperbanyak dalam pelatihan ini, adalah jamur yang dikenal luas karena kemampuannya melawan berbagai patogen tanaman. Dengan mengkolonisasi akar tanaman dan memproduksi enzim yang menghancurkan patogen, Trichoderma membantu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para petani agar mereka dapat memperbanyak dan menggunakan Trichoderma secara mandiri di kebun mereka.

Sinergi Pertanian Terintegrasi di Kelompok Tani Sehati

Kelompok Tani Sehati, yang fokus pada penanaman cabai, tomat, dan berbagai jenis sayuran, telah menerapkan pertanian terintegrasi dengan memanfaatkan ternak di sekitar kebun mereka. Ternak ini tidak hanya menyediakan pupuk kandang yang kaya nutrisi untuk tanaman, tetapi juga membantu dalam pengelolaan limbah organik yang efisien. Penggunaan pupuk kandang dan kompos selama ini telah membantu meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Dengan diperkenalkannya Trichoderma sebagai agens pengendali hayati, sistem pertanian terintegrasi ini semakin sempurna. Trichoderma tidak hanya membantu melindungi tanaman dari penyakit tetapi juga memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

Proses Pelatihan yang Komprehensif

Pelatihan yang dilaksanakan oleh UPTD PKDLHP ini mencakup berbagai aspek penting dalam perbanyakan Trichoderma. Mulai dari pengenalan dasar tentang Trichoderma dan manfaatnya, hingga teknik isolasi, kultur, dan aplikasi di lapangan. Para petani diajarkan cara mengidentifikasi Trichoderma yang efektif, metode kultivasi di laboratorium sederhana, hingga cara aplikasi yang tepat di kebun.

Dampak Positif bagi Kelompok Tani Sehati

Dengan pengetahuan baru ini, Kelompok Tani Sehati diharapkan dapat memproduksi Trichoderma secara mandiri dan mengaplikasikannya pada tanaman mereka. Ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit tetapi juga mengurangi biaya produksi karena berkurangnya kebutuhan akan pestisida kimia. Selain itu, penggunaan Trichoderma dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

video pelatihan perbanyakan agens pengendali hayati trichoderma

Pelatihan perbanyakan agens pengendali hayati oleh UPTD PKDLHP merupakan langkah penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan di Desa Tublopo. Dengan memanfaatkan Trichoderma, Kelompok Tani Sehati tidak hanya memperkuat sistem pertanian terintegrasi yang telah mereka terapkan tetapi juga mengambil langkah nyata menuju pertanian yang lebih sehat, produktif, dan ramah lingkungan. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kelompok tani lainnya di seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa pertanian berkelanjutan bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat menguntungkan.

Dalam dunia yang semakin menuntut keberlanjutan, inisiatif seperti ini menjadi sangat penting. UPTD PKDLHP dan Kelompok Tani Sehati telah menunjukkan bahwa dengan pendidikan, pelatihan, dan inovasi, kita dapat mencapai pertanian yang tidak hanya produktif tetapi juga harmonis dengan lingkungan.

Similar Posts

  • Opini: Kopi Timor di Kabupaten Belu, Warisan yang Belum Terangkat

    Kabupaten Belu, yang terletak di bagian timur Nusa Tenggara Timur memiliki sejarah panjang terkait kopi. Kopi Timor, yang terkenal karena keunikan rasa dan kualitasnya, sebenarnya adalah salah satu warisan alam yang telah ada di wilayah ini sejak ratusan tahun lalu. Meskipun demikian, hingga kini, potensi kopi Timor di Belu masih belum terangkat sepenuhnya dan belum mendapatkan perhatian yang layak.
    Sejak abad ke-19, Belu sudah dikenal sebagai daerah yang cocok untuk pertanian kopi. Pada awalnya, kopi Timor ditanam oleh petani lokal dalam skala kecil, dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dan sedikit dipasarkan di sekitar wilayah Nusa Tenggara. Pada tahun 1980-an, pemerintah mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan kopi sebagai sumber pendapatan daerah. Namun, upaya tersebut terhambat oleh keterbatasan infrastruktur dan akses pasar yang tidak memadai. Walaupun demikian, rasa kopi Timor yang khas, dengan aroma rempah yang kuat dan keseimbangan rasa yang unik, tetap menjaga daya tariknya di pasar lokal.

  • Pertemuan Perdana Bersama Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT: Dorongan Semangat Baru untuk Pertanian Sumba Timur

    Waingapu, 28 Juli 2025 – Sebuah momentum penting terjadi dalam dunia pertanian Sumba Timur saat Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Bapak Joaz Billy Oemboe Wanda, melakukan pertemuan perdana dengan jajaran Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur.
    Pertemuan ini dikemas secara hangat dan sederhana dengan suguhan pangan lokal khas Sumba Timur. Dalam suasana penuh kekeluargaan dan semangat perubahan, Bapak Joaz Wanda menyampaikan arahan, kebijakan, serta motivasi strategis bagi seluruh jajaran dinas. Beliau menekankan pentingnya membangun pertanian NTT secara terfokus, sistematis, dan berorientasi pada hasil nyata.

  • Panen Raya Jagung Serentak di NTT: Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Pemanfaatan Lahan

    Gugus Tugas POLRI bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Panen Raya Jagung Serentak Tahap I di Batakte, Kabupaten Kupang. Kegiatan ini merupakan bagian dari panen serentak nasional yang dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

    Panen tahap pertama ini mencakup lahan seluas 18 hektare dengan perkiraan produksi mencapai 6-7 ton per hektare, sehingga total hasil panen diperkirakan mencapai sekitar 100 ton. Jagung yang dipanen merupakan hasil dari penanaman bersama yang dilakukan pada 20 November 2024. Ke depan, panen-panen berikutnya akan terus dilakukan dengan cakupan lahan yang lebih luas.

    Dalam upaya menyukseskan program ketahanan pangan nasional, Polda NTT dan seluruh jajaran Polres turut serta dalam kegiatan panen ini. Bahkan, seluruh Polres di NTT telah diperintahkan untuk melaksanakan panen serentak dengan luas lahan bervariasi antara 1 hingga 2 hektare per wilayah. Selain itu, hasil panen dari musim tanam kedua yang dimulai Februari 2025 juga diperkirakan akan dipanen dalam waktu sekitar 3,5 bulan ke depan.

  • Nilai Tukar Petani September Tembus 124,36: Bukti Kesejahteraan Petani Meningkat

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 sebesar 124,36, atau naik 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 123,57. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) meningkat lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan bahwa kenaikan NTP terutama dipengaruhi oleh sejumlah komoditas unggulan.

    “Nilai Tukar Petani atau NTP September 2025 tercatat sebesar 124,36 atau naik sebesar 0,63 persen dibandingkan dengan Agustus 2025. Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani atau It naik sebesar 0,71 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,08 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi peningkatan indeks harga yang diterima petani nasional adalah kopi, kelapa sawit, cabai merah, dan karet,” ujar Habibullah, Rabu (01/10/2025).

  • NTT Berkomitmen dalam Serapan Gabah dan Beras Bersama BULOG

    Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DistanKP) Nusa Tenggara Timur (NTT) turut serta dalam pertemuan nasional terkait Komitmen Serapan Gabah dan Beras yang diselenggarakan di Aula F Kementerian Pertanian.

    Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Pertanian, Wakil Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan Nasional (Komisaris Utama BULOG), Kepala BULOG, Dinas Pertanian se-Indonesia, Pimpinan Wilayah BULOG se-Indonesia, Aster masing-masing Kodam, serta PERPADI dari seluruh Indonesia.

    Dalam pertemuan ini, Presiden Republik Indonesia memberikan arahan agar BULOG menyerap gabah petani dengan harga Rp. 6.500 per kilogram dan beras dengan harga Rp. 12.000 per kilogram. Target serapan beras oleh BULOG secara nasional ditetapkan sebesar 3 juta ton atau sekitar 10% dari total produksi nasional, dengan periode pelaksanaan antara Februari hingga April 2025.

    Untuk Provinsi NTT, ditargetkan serapan sebesar 1.832 ton guna mendukung pencapaian swasembada pangan. Dalam mendukung upaya ini, DistanKP NTT bersama BULOG dan PERPADI menandatangani komitmen bersama yang juga melibatkan Aster Kodam.

    Langkah ini menegaskan sinergi antara pemerintah daerah, BULOG, dan pelaku usaha perberasan dalam menjaga ketahanan pangan di wilayah NTT.