Kelompok Tani Nevon Belajar Teknologi Ramah Lingkungan

Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga kelestarian lingkungan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT mengadakan pelatihan inovatif untuk petani jambu mete di Kabupaten Kupang. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 8 Oktober 2024 ini memperkenalkan teknologi Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma kepada para petani lokal.

Pemberdayaan Petani Lokal

Tim dari Seksi Laboratorium Hayati, yang dipimpin oleh Plt. Kepala Seksi Laboratorium Hayati dan Biopestisida, Ibu Christiana Hukom, SP. MT, mengadakan pelatihan di Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu. Sebanyak 12 anggota Kelompok Tani Nevon dengan luas areal yang dikelola kurang lebih 1 ha dan mayoritas adalah petani jambu mete, padi, dan tanaman hortikultura, mengikuti pelatihan ini dengan antusias.

“Kami sangat bersyukur akhirnya bisa mendapatkan pengetahuan baru ini,” ujar bapak Thomas Nuban selaku ketua kelompok tani yang turut hadir. “Selama bertahun-tahun kami mengelola kebun jambu mete tanpa tahu ada cara yang lebih baik dan ramah lingkungan seperti ini.”

Revitalisasi Perkebunan Jambu Mete

Menariknya, kebun jambu mete yang dikelola oleh para petani ini ternyata sudah berusia hampir tiga dekade. Tanaman-tanaman ini merupakan bagian dari program kerjasama antara Ifat dan pemerintah yang dimulai pada tahun 1996. Selama ini, belum pernah dilakukan peremajaan terhadap tanaman-tanaman tersebut.

“Pelatihan ini membuka mata kami bahwa ada banyak hal yang bisa kami lakukan untuk meningkatkan hasil panen, bahkan untuk pohon-pohon yang sudah tua,” tambah petani lainnya.

Inovasi dalam Pengendalian Hama

Fokus utama pelatihan ini adalah pengenalan dan cara perbanyakan APH Trichoderma. Trichoderma adalah sejenis jamur yang dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati, membantu melindungi tanaman dari berbagai penyakit tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya.

See also  Rektor UNIPA Maumere Pantau Langsung Mahasiswa PKL di NTT

Maria Nai Ulu, SP. M.Si, analis laboratorium yang ikut dalam tim pelatih, menjelaskan, “Trichoderma ini bisa jadi sahabat terbaik para petani. Selain ramah lingkungan, penggunaannya juga dapat meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman secara keseluruhan.”

Selain tim analis laboratorium hayati Kupang, pada kesempatan ini juga dihadiri oleh Petugas Sub Laboratorium Hayati Baumata yakni Pak El Aplugi, SP yang berkantor di Baumata dan bertugas memelihara APH Baculovirus di Sub Laboratorium Hayati Baumata. Pak El menjelaskan mengenai manfaat keberadaan Sub lab di sekitar masyarakat dan memperkenalkan produk APH lainnya yang di produksi oleh Sub Laboratorium Hayati yang bermanfaat bagi masyarakat.

Harapan Baru bagi Pertanian NTT

Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja yang dijalankan oleh UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan (PKDLHP) di bawah pimpinan Ibu Ir. Maria I. R. Manek, M.Sc.

“Kami berharap dengan pelatihan ini, para petani tidak hanya dapat meningkatkan hasil panen mereka, tetapi juga mulai beralih ke praktik pertanian yang lebih berkelanjutan,” ujar Ibu Maria.

Dengan diadakannya pelatihan ini, diharapkan sektor pertanian di NTT, khususnya perkebunan jambu mete, dapat bangkit kembali dan memberikan hasil yang lebih baik bagi para petani. Lebih dari itu, pengenalan teknologi ramah lingkungan ini juga menjadi langkah penting dalam menjaga kelestarian alam NTT untuk generasi mendatang.

Similar Posts