Inovasi Perangkap Botol Bekas: Solusi Cerdas dan Ampuh Kendalikan Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada Tanaman

Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan salah satu hama utama tanaman hortikultura yang berdampak negatif terhadap produksi dan kualitas hasil pertanian. Tingkat kerusakan akibat serangan hama dari ordo Diptera ini dapat mencapai 70% (Ariningsih, 2022). Bahkan, dalam jumlah populasi yang besar, intensitas serangan dilaporkan mencapai 100% (Dhillon, dkk., 2005). Terdapat 6 spesies lalat buah di Pulau Timor, yaitu: B. albistrigata, B. carambolae, B. dorsalis, B. umbrosa, Zeugodacus caudata dan Zeugodacus Cucurbitae (Kadja, dkk., 2023).
Identifikasi
Nurseri yang beroperasi di UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Lab Hayati Perkebunan (PKDLHP) memproduksi berbagai jenis benih tanaman perkebunan. Selain itu optimalisasi pekarangan dengan demplot berbagai tanaman hortikultura. Selama kegiatan pemeliharaan, sering ditemukan buah dari beberapa tanaman hortikultura seperti cabe, mentimun dan paprika dalam kondisi busuk, baik yang masih tergantung di pohon maupun yang telah jatuh ke tanah.
Kegiatan identifikasi oleh Tim UPTD PKDLHP pada hari Jumat, 18 Juli 2025 dipimpin langsung oleh Bapak Mikzon Lakidang, SP.,M.Agr.Sc, selaku Kasi Produksi Benih dan Pengelolaan Kebun Dinas. Hasil identifikasi diketahui bahwa buah-buah tersebut diserang oleh hama Lalat Buah. “Serangan hama ini akan menyebabkan kerugian yang signifikan. Oleh karena itu,pencegahan dan pengendalian lalat buah sangat penting untuk menekan dan mengurangi populasinya sehingga tidak menurunkan produksi dan mutu hasil pertanian,” tegasnya.
Gejala serangan lalat buah dapat dikenali dari kondisi buah yang terserang, dimana daging buah membusuk dan gugur. Gejala awal dapat dilihat dari adanya bercak hitam kecil pada buah, yang merupakan bekas tusukan ovipositor atau alat untuk meletakkan telur (Gambar 2). Seiring waktu, larva lalat berkembang dan memakan daging buah, menyebabkan perubahan warna dan tekstur pada bagian yang terserang, sehingga buah menjadi lunak dan akhirnya gugur sebelum matang.
“Serangan lalat buah ini menyebabkan buah yang sedang dalam proses pematangan menjadi busuk dan rusak sehingga produksi tanaman berkurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian hama terpadu baik secara mekanis, biologis dan kimiawi, sebagai langkah akhir,” ungkap Pak Mikzon, sambil membelah buah paprika yang teridentifikasi terserang lalat buah dan menunjukkan larva yang mulai berkembang di dalamnya kepada seluruh staf.

Dok. Ombainese

Pengendalian
Upaya awal dalam pengendalian hama lalat buat adalah sanitasi kebun dan pengendalian mekanis, memanen dan memusnahkan (mengubur/ membakar) bagian tanaman yang terserang agar hama tidak berkembang.
Pengendalian hama lalat buah menggunakan perangkap modifikasi bahan botol plastik bekas. Botol bekas air mineral berukuran 600–1500 ml dicat kuning pada seluruh permukaannya. Setelah itu, seluruh sisi botol diolesi minyak goreng. Hasil evaluasi penggunaan minyak goreng dinilai kurang efektif karena daya rekat minyak goreng terlalu lemah, sehingga hanya mampu menangkap hama berukuran kecil. Akibatnya, lalat buah belum dapat dikendalikan dengan cara ini.
Metode kedua merupakan kombinasi antara pengendalian mekanis dan kimiawi. Proses mekanis tetap menggunakan botol bekas yang dicat kuning, tetapi perekatnya diganti dengan lem serangga berbahan aktif Metil Eugenol (ME). Metil Eugenol adalah senyawa kimia dari tumbuhan seperti cengkeh yang digunakan sebagai atraktan dan mampu menarik lalat buah.
Peletakan perangkap botol disesuaikan dengan tinggi tanaman, dengan jarak sekitar 3–5 meter. Penggunaan lem serangga terbukti lebih efektif karena memiliki daya rekat yang kuat. Ketika lalat buah menyentuh permukaan botol yang telah diolesi lem, mereka tidak dapat melepaskan diri dan akhirnya mati.
Efektivitas dan Manfaat
Hasil evaluasi perangkap botol dengan lem berbahan aktif ME sangat efektif karena 1 perangkap berhasil menangkap 18 ekor lalat buah hanya dalam waktu ± 1 jam. Perangkap kuning dari botol bekas efektif mengendalian lalat buah. Jumlah serangga yang terperangkap sebanyak 269 ekor dengan rerata 21 ekor per botol, hanya kurang dari 24 jam. Manfaat metode ini selain mengendalikan populasi lalat buah dan mengurangi tingkat serangan hama, juga lebih aman karena tidak diaplikasikan langsung ke tanaman melainkan menggunakan bahan pemikat (atraktan) sehingga hama terperangkap di botol bekas
“Manfaat dari kegiatan ini jelas terlihat pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan kami dalam mengidentifikasi hama dan menerapkan inovasi dalam budidaya dengan teknik dan pendekatan yang tepat,” kata Gunawan, salah satu peserta kegiatan. “Kegiatan ini juga memperkuat kolaborasi antar rekan kerja dan soliditas tim dalam mengatasi masalah dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia,” pungkasnya.
Kepala UPTD. PKDLHP, Ibu Ir. Maria I.R. Manek, M.Sc mengapresiasi langkah dan inisiatif yang dilakukan oleh Timnya, “Kami menyambut baik, langkah-langkah pengendalian yang merupakan ide kreatif, sederhana, praktis, yang ramah lingkungan serta efisien dan efektif” ujarnya. Ia berharap metode ini dapat dikembangkan secara baik dan memungkinkan untuk diaplikasikan pada skala yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan rekomendasi beberapa ahli untuk pemanfaatan ME dalam program deteksi, monitoring dan pengendalian lalat buah.

(Dok. Gunawan & Ombainese)
Dipublikasi oleh: Seksi Produksi Benih dan Pengelolaan Kebun Dinas pada UPTD. Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, 2025.