Kemiskinan dan Keterbatasan Bukan untuk Diratapi: Paulus Limu Menanam Harapan dari Pekarangan

Bupati Sumba Tengah Paulus S. K. Limu Dorong Pemanfaatan Pekarangan untuk Tekan Kemiskinan
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, meluncurkan program Pekarangan Pro Oli Mila Model (PK-POM Model) sebagai strategi percepatan penanggulangan kemiskinan. Program ini mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk pemenuhan gizi dan peningkatan pendapatan keluarga miskin.
Peluncuran lokasi kedelapan program ini berlangsung di Desa Mbilur Pangadu, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Selasa (30/9/2025). Sebelumnya, PK-POM Model telah berjalan di tujuh desa lain, antara lain Desa Anajiaka, Dewajara, Tanamodu, Ole Dewa, dan Wangga Waiyengu.
“Kemiskinan di Sumba Tengah tidak boleh diratapi, tetapi harus dijawab dengan kerja dan terobosan nyata,” ujar Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu, saat peluncuran.
Sasaran 10.000 Keluarga Miskin
PK-POM Model menyasar 10.000 keluarga miskin tanpa lahan sawah maupun kebun. Mereka didorong mengelola pekarangan rumah untuk memenuhi gizi keluarga sekaligus menjadi sumber penghasilan.
Setiap rumah tangga penerima manfaat dibekali 3 ekor kambing, 10 ekor bebek, kolam ikan dengan benih lele, serta lahan hortikultura sekitar 2 are untuk menanam sayur, cabai, tomat, dan buah. Program ini juga dilengkapi pelatihan pengolahan hasil produksi, seperti telur asin, saus tomat, hingga olahan ikan lele.
Menurut Bupati Paulus, program ini bukan bantuan sosial, melainkan bentuk pemberdayaan masyarakat agar lebih mandiri. “Pekarangan rumah harus menjadi sekolah ekonomi keluarga,” ujarnya.

Penurunan Kemiskinan Bertahap
Pemerintah daerah menargetkan program ini mampu menurunkan angka kemiskinan 1,5–2 persen per tahun, sehingga pada 2030 tingkat kemiskinan Sumba Tengah dapat ditekan menjadi 20–25 persen.
Untuk itu, diperlukan dukungan lintas sektor, mulai dari organisasi perangkat daerah, perbankan, BUMN, BUMD, hingga TNI/Polri. Pemerintah menyebut pendekatan Kolaborasi, Integrasi, Sinergitas, dan Keberlanjutan (KISS) menjadi kunci keberhasilan.
Data penerima program ditargetkan rampung pada November 2025, sementara peluncuran resmi dalam skala penuh dijadwalkan Januari 2026.
Gerakan Mandiri
PK-POM Model tidak hanya menekankan pemenuhan gizi dan peningkatan ekonomi, tetapi juga membangun solidaritas sosial. Penerima manfaat didorong untuk berbagi hasil panen atau ternak kepada sesama warga miskin.
“Perjuangan ini memang tidak mudah. Tetapi dengan semangat gotong royong dan pengelolaan yang baik, dari pekarangan kita bisa menumbuhkan gerakan kemandirian untuk melawan kemiskinan,” kata Paulus.

Program ini menekankan lima aspek utama, yaitu:
- Aspek Pemenuhan Gizi dan Perbaikan Gizi
Program ini mendorong pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan bergizi, beragam, berimbang sehat dan aman (B2SA). Setiap rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dan nabati secara mandiri melalui: Telur dari ternak bebek; Ikan lele dari kolam pekarangan; Sayur dan buah dari kebun hortikultura. Dengan demikian, program ini mendukung peningkatan asupan gizi keluarga, pencegahan stunting, gizi buruk dan mencegah ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis.
2. Aspek Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga
Pemanfaatan pekarangan tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga sebagai sumber pendapatan tambahan. Pekarangan menjadi aset ekonomi yang produktif dan berkelanjutan. Penerima program dapat menjual hasil ternak, ikan, dan tanaman hortikultura, sehingga: Meningkatkan penghasilan rumah tangga; Mengurangi ketergantungan ekonomi; Mendorong kemandirian dan keluar dari kemiskinan.
3. Aspek Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Program ini membekali kepala keluarga dengan pelatihan dan pendampingan teknis dari dinas terkait untuk mengembangkan keterampilan, seperti: Budidaya telur asin; Produksi saus tomat rumahan; Pengolahan ikan lele dalam kemasan kaleng; Pengelolaan kebun hortikultura secara intensif. Tujuannya adalah menciptakan individu yang terampil, produktif, dan mandiri dalam mengelola usaha berbasis rumah tangga.
4. Aspek Bela Rasa
Pekarangan Pro Oli Mila juga membangun nilai-nilai kepedulian sosial di tengah masyarakat. Melalui hasil pekarangan yang dimiliki, penerima manfaat didorong untuk Berbagi hasil panen atau ternak kepada sesama rumah tangga miskin yang membutuhkan; Menumbuhkan rasa empati, ketulusan, dan keikhlasan; Meningkatkan kepekaan dan solidaritas sosial di lingkungan sekitar. Aspek ini memperkuat jalinan sosial dan semangat gotong royong diantara sesama.
5. Aspek Keberlanjutan
Program ini dirancang untuk berjalan secara berkelanjutan, bukan hanya sebatas bantuan sementara. Beberapa strategi keberlanjutan yang ditekankan antara lain: Pemanfaatan sumber daya lokal yang mudah diakses dan murah; Transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan secara terus-menerus; Replikasi model pekarangan pro oli Mila model oleh rumah tangga miskin lain secara mandiri; Pendampingan berkelanjutan dari pemerintah daerah dan lintas sektor.
Dengan pendekatan ini, Pekarangan Pro Oli Mila dapat tumbuh menjadi gerakan kemandirian masyarakat yang tahan terhadap perubahan dan tantangan.

Bupati Paulus menyerukan kepada camat dan kepala desa yang memiliki peranan penting agar saling berkolaborasi, mengintegrasikan, bersinergi, dan menjalankan program secara berkelanjutan (KISS). Mulai tahun 2026, seluruh program atau kegiatan harus tertuju dan berfokus pada pengembangan pekarangan dengan model Pro Oli Mila.
Selain itu, anggaran juga harus difokuskan untuk pembiayaan kegiatan PK POM model sebagai langkah percepatan penanggulangan kemiskinan. Bupati mengingatkan pentingnya efisiensi waktu dalam pelaksanaan program PK POM model agar jadwal yang telah ditentukan dan disepakati tidak tertunda atau dilanggar.
Bupati Paulus menegaskan bahwa pada bulan November 2025, data penerima program PK POM model harus sudah disampaikan, dan peluncuran program (launching) harus dilakukan mulai Januari 2026.
Pelaksanaan program harus berdasarkan sistem dan aturan yang telah dibuat, dengan memperhatikan tata kelola dan manajemen yang baik.
Lebih jauh, Bupati berpesan agar seluruh pihak senantiasa memegang komitmen penuh dengan sehati, sepikir, sepenanggungan, serta semangat gotong-royong untuk menolong masyarakat keluar dari belenggu kemiskinan. Perjuangan ini tidak mudah dan membutuhkan kepekaan yang tinggi, niat yang tulus, kepedulian, serta keikhlasan dalam percepatan penanggulangan kemiskinan.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan