Mengungkap Jejak Trichoderma: “Eksplorasi Mikroba Bermanfaat di UPTD PKDLHP NTT”

Kupang, NTT – Dalam upaya mendukung pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, Seksi Laboratorium Hayati dan Biopestisida UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan (PKDLHP) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menunjukkan komitmennya melalui kegiatan eksplorasi mikroorganisme bermanfaat. Kali ini, fokusnya tertuju pada Trichoderma —jamur tanah pengendali hayati yang dikenal mampu meningkatkan kesehatan tanah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.

Kegiatan eksplorasi ini dilakukan di sekitar areal pertanaman kakao yang berada di halaman kantor UPTD PKDLHP, lokasi yang telah menjadi “laboratorium alam” selama lebih dari delapan tahun. Pasalnya, Trichoderma pernah diaplikasikan secara intensif pada tanaman kakao di lokasi ini sebagai bagian dari inovasi pengendalian hayati terhadap penyakit akar seperti Phytophthora palmivora , salah satu hama utama yang mengancam produktivitas kakao di NTT.

Mengapa Trichoderma?

Trichoderma bukan sekadar jamur biasa. Ia dikenal sebagai agen pengendali hayati yang mampu bersaing dengan patogen tanah, menginduksi ketahanan sistemik pada tanaman, bahkan merangsang pertumbuhan akar. Keberadaannya dalam tanah menjadi indikator penting kesehatan ekosistem pertanian. Namun, yang menjadi pertanyaan penting: Apakah Trichoderma yang pernah diaplikasikan delapan tahun lalu masih eksis dan aktif di tanah sekitar pertanaman kakao?

Untuk menjawabnya, tim dari Seksi Laboratorium Hayati dan Biopestisida melakukan eksplorasi dengan mengambil sampel tanah dari berbagai titik di sekitar tanaman kakao. Sampel-sampel ini kemudian akan diuji melalui proses pengenceran bertahap, isolasi, dan identifikasi di laboratorium guna mengetahui keberadaan dan keragaman strain Trichoderma yang masih bertahan hingga saat ini.

Penerus Generasi: CPNS 2025 Diajak Belajar Langsung di Lapangan

Yang menarik dari kegiatan ini adalah keterlibatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun anggaran 2025. Mereka diajak langsung turun ke lapangan untuk belajar teknik eksplorasi mikroba secara praktis. Dari cara pengambilan sampel tanah yang representatif, hingga prosedur pengangkutan dan penanganan di laboratorium, para CPNS diberikan pembekalan langsung oleh para praktisi berpengalaman.

“Kami ingin generasi penerus ini tidak hanya paham teori, tapi juga mengerti bagaimana kerja nyata di lapangan,” ujar Corry Nai Ulu , Penanggung Jawab Laboratorium Hayati dan Biopestisida, yang memimpin langsung kegiatan eksplorasi.

Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya bagian dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi), tetapi juga bagian dari upaya penguatan kapasitas SDM di bidang pertanian berbasis bioteknologi hayati.

Dipimpin oleh Pemimpin Inspiratif: Ibu Dewi

Di balik suksesnya kegiatan ini, sosok Ibu Ir. Maria I. R. Manek, M.Sc , atau yang akrab disapa Ibu Dewi , Kepala UPTD PKDLHP, menjadi motor penggerak utama. Dengan pengalaman panjang di bidang perkebunan dan laboratorium hayati, Ibu Dewi selalu mendorong inovasi dan pembelajaran berkelanjutan di lingkungan kerjanya.

“Kita harus terus eksplorasi, karena alam NTT menyimpan banyak potensi mikroba unggul yang belum terungkap. Trichoderma adalah salah satunya. Jika kita bisa memanfaatkannya secara optimal, kita bisa mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan membangun pertanian yang lebih lestari,” tegas Ibu Dewi.

Harapan untuk Pertanian Masa Depan NTT

Temuan Trichoderma yang masih bertahan setelah delapan tahun bukan hanya sebuah keberhasilan ilmiah, tapi juga harapan besar bagi pengembangan biopestisida lokal. Strain-strain unggul yang berhasil diisolasi nantinya dapat dikembangkan sebagai produk biofungisida lokal, yang tidak hanya efektif, tapi juga terjangkau bagi petani kakao di NTT.

Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa UPTD PKDLHP tidak hanya menjadi pusat perbenihan, tetapi juga pusat inovasi dan riset pertanian berbasis ekosistem lokal.

Menuju Pertanian Berkelanjutan yang Berakar pada Ilmu dan Lingkungan

Eksplorasi Trichoderma di UPTD PKDLHP adalah contoh nyata bagaimana sains, inovasi, dan pembinaan generasi muda bisa bersatu untuk membangun pertanian yang tangguh dan berkelanjutan. Dari tanah kakao di halaman kantor, mungkin akan lahir solusi besar bagi masa depan pertanian NTT.

Satu cangkul di tanah, seribu harapan tumbuh di hati petani, Satu jamur di tanah, jutaan manfaat menanti di masa depan.

Similar Posts