NTT Dapat Alokasi 13.810 Hektare Cetak Sawah Rakyat

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat alokasi lahan seluas 13.810 hektare untuk program Cetak Sawah Rakyat (CSR) dari Pemerintah Pusatpada tahun 2025. Dari total alokasi tersebut, seluas 5.200 hektare saat ini tengah dalam proses Survei Investigasi dan Desain (SID) di 13 kabupaten/kota.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Billy Oemboe Wanda, dalam konferensi pers “Data Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Tahun 2024 serta Prognosa Capaian 2025” yang digelar di Hotel Aston Kupang, Jumat (25/7/2025).
“Program CSR ini menjadi bagian dari strategi swasembada pangan nasional yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian, mendukung ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Joaz.
Selain CSR, Joaz menyebut NTT juga mendapat alokasi seluas 28.723 hektare untuk program optimalisasi lahan non-rawa. Program ini tersebar di 22 kabupaten/kota dan dijalankan oleh Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Lahan dan Mitigasi (Ditjen LIP).
“Kegiatan ini mencakup perbaikan infrastruktur pertanian, pengelolaan air, dan peningkatan kualitas lahan guna mendukung target swasembada,” jelasnya.
Joaz mengungkapkan, pelaksanaan SID saat ini dilakukan bersama tim dari Universitas Nusa Cendana (Undana) dengan pendampingan dari Kejaksaan untuk memastikan akuntabilitas. Namun, keterbatasan anggaran membuat kegiatan SID baru bisa dilaksanakan di 5.200 hektare dari total alokasi 13.810 hektare.
“Harapan kami, konstruksi bisa dimulai tahun depan. Tapi jika SID dan konstruksi dilakukan bersamaan tahun ini, waktunya akan sangat mepet mengingat kita sudah memasuki akhir Juli,” katanya.
Jika tambahan lahan tanam dari CSR terealisasi, Joaz memperkirakan potensi panen mencapai 20.800 ton gabah dalam satu kali musim tanam, atau 41.600 ton jika dilakukan dua kali tanam dalam setahun.
“Ini tentu akan berdampak signifikan pada peningkatan luas tanam, panen, dan produksi,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur NTT Melki Laka Lena menegaskan, tugas besar ini hanya bisa berhasil jika dikerjakan secara kolaboratif dari pusat hingga petani sebagai ujung tombak produksi pangan. Menurutnya, capaian surplus beras di Bulog merupakan hasil dari pendekatan kolaboratif berbasis pentahelix, yang menggabungkan unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media.
Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tapi juga soal kepemimpinan yang mampu mengorganisasi dan menggerakkan lintas sektor. Melki juga mengungkapkan bahwa kondisi kemarau basah di NTT tahun ini justru menjadi berkah bagi sektor pertanian. Hingga Juli 2025, produksi padi di NTT telah mencapai 658.373 ton Gabah Kering Giling (GKG), meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun 2024 yang tercatat 525.566 ton.
Dampaknya juga terlihat pada produksi beras yang naik menjadi 385.631 ton, dari sebelumnya 307.843 ton pada Januari–Juli 2024. Angka ini hampir menyamai total produksi beras sepanjang 2024 yang mencapai 707.793 ton GKG.
“Ini bukti bahwa kita berada di jalur yang benar, selama semua pihak bersinergi menyukseskan program ini,” kata Gubernur.
Melki menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam program swasembada pangan dan mengajak semua elemen untuk terus membangun pertanian NTT menuju provinsi yang maju, sehat, cerdas, dan berkelanjutan.
Sumber : NTT Dapat Alokasi 13.810 Hektare Cetak Sawah Rakyat – Victory News