NTT Gencarkan Swasembada Pangan, Sasar Pulau dan Dataran

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) tak main-main dalam upaya mewujudkan swasembada pangan. Melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, sederet strategi digulirkan untuk memperkuat ketahanan pangan daerah dan menopang visi besar nasional.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda menegaskan, strategi ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta Dasa Cita Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma. Dua komoditi utama, padi dan jagung, jadi andalan.
“Padi dan jagung bukan hanya soal pangan, tapi juga harga diri daerah. Kalau dua komoditi ini dikuasai, kita bicara soal kedaulatan pangan,” tegas Joaz Senin (26/5).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat, luas panen padi NTT mencapai 168.727 hektare dengan potensi produksi gabah kering giling 707.793 ton atau setara 414.576 ton beras. Meski demikian, NTT masih mengalami defisit 239.224 ton beras per tahun dari kebutuhan 653.800 ton.
“Ini jelas jadi tantangan. Kita tidak bisa santai. Harus ada strategi konkrit,” ujarnya.
Joaz menjelaskan, langkah pertama adalah intensifikasi, dengan menaikkan indeks tanam padi dari satu kali menjadi dua bahkan tiga kali per tahun. Hal ini akan diperkuat lewat perbaikan jaringan irigasi sesuai Inpres No.1/2025, pemanfaatan alsintan, penggunaan benih unggul, serta pendampingan penyuluh.
“Modernisasi pertanian bukan pilihan, tapi keharusan. Benih unggul, saprodi berkualitas, dan pendampingan penyuluh jadi kunci,” jelasnya.
Langkah kedua, lanjut Joaz, adalah ekstensifikasi dengan memperluas areal tanam. Program Perluasan Areal Tanam (PAT) seperti cetak sawah rakyat dan pemanfaatan lahan kering untuk budidaya padi menjadi prioritas.Tak berhenti di situ, strategi ketiga adalah diversifikasi. Pemprov NTT mendorong pengembangan pangan lokal di pulau-pulau seperti Alor, Rote, Sabu, dan Lembata, agar daerah ini tak bergantung pada kabupaten daratan dan mampu menekan inflasi saat musim hujan.
“Jangan sampai kita tergantung pasokan luar. Pangan lokal seperti umbi, jagung, dan sorgum punya potensi besar untuk dikembangkan,” tambah Joaz.
Selain program teknis, Joaz menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix yang melibatkan TNI, Polri, lembaga keagamaan, perguruan tinggi, SMA, dan SMK. Semua unsur harus terlibat dalam mendorong kemandirian pangan di NTT.
“Dengan kolaborasi dan dukungan sarana prasarana, saya optimis pada 2026 kita akan surplus beras. Targetnya, luas panen 288.890 hektare dengan produksi gabah kering giling.
Sumber : NTT Gencarkan Swasembada Pangan, Sasar Pulau dan Dataran – SERGAP