Petani Milenial di TTS, Ekspor Cabe Hingga Timor Leste, Tapi Pendidikannya S1 Keperawatan, Berharap Dikunjungi Anggota Komisi IV DPR RI Usman Husin

FOTO : Anggota Komisi IV DPR RI Usman Husin bersama Peter Salem, petani milenial yang sukses di Kabupaten TTS

WARTATIMOR.COM, SOE — Seorang petani milenial di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mendulang uang puluhan hingga ratusan juta rupiah pertahun dari usaha tanaman holtikultura yang ditekuninya. Bahkan, usaha cabe miliknya bisa diekspor hingga ke negara Timor Leste. Yang menariknya, petani sukses ini justru adalah seorang sarjana (S1) keperawatan.

Petani milenial ini namanya Peter Salem, putra asli Timor Tengah Selatan (TTS). Ia adalah petani sukses yang siap membantah siapapun jika beranggapan kalau petani TTS hanya bisa menjadi petani tradisional dan sulit menjadi lebih  maju, atau jika ada anggapan kalau orang muda TTS tidak bisa menjadi petani milenial yang sukses.

Ia juga berharap, suatu saat Anggota Komisi IV DPR RI Usman Husin bisa berkunjung ke tempat usaha tani miliknya dan mau melakukan panen perdana cabe dan kol. Sehingga bisa merangsang generasi muda untuk memilih menjadi petani milenial yang sukses.

Ketika dihubungi pertelepon pada Sabtu petang, 10 Mei 2025, Peter Salem begitu bersemangat menceritakan kisah dirinya mulai menekuni usaha pertanian tanaman holtikultura hingga mempekerjakan 6 orang karyawan.  Apalagi ia bukan dari seorang sarjana atau diploma di bidang pertanian, tapi memiliki 20 ribu tanaman cabe, 30 ribu tanaman kol, 10 ribu tanaman buncis, 10 ribu tomat dan lainnya.

“Saya mulai menekuni usaha tanaman holtikultura sejak tahun 2022 ketika saya pulang dari Pendidikan di Pulau Jawa. Usaha holtikultura pertama saya lakukan di kampung halaman saya di Polen. Waktu itu saya mulai dengan tanaman cabe,” cerita Peter Salem.

Semangat bertani ini berawal dari pertanyaan yang muncul dalam dirinya sebagai seorang perawat, mengapa seseorang bisa mengalami sakit atau menderita suatu penyakit. Bagaimana supaya orang itu selalu sehat dan tidak mudah sakit.

Ia kemudian menganalisa pertanyaan tersebut, dan jawaban yang ia temukan adalah manusia harus memiliki makanan yang cukup supaya bisa hidup sehat. Agar makanan bisa selalu tersedia cukup, maka harus ada usaha pertanian yang menghasilkan bahan makanan.

Dengan alasan yang sederhana ini, Peter Salem kemudian meninggalkan peluangnya untuk menjadi seorang perawat, dan memutuskan untuk menjadi petani. Apalagi, orangtuanya memiliki lahan yang cukup luas di Polen, yang bisa dikelolanya untuk dijadikan tempat bertani.

“Saya mulai dengan usaha tanaman cabe hibrida, bibitnya saya beli di toko yang jual bibit tanaman. Tahun pertama usaha saya langsung berhasil, produksi cabenya mencapai 2 ton lebih, bahkan saya korim atau ekspor ke Timor Leste,” cerita Peter.

Karena keberhasilan dalam usaha tanaman cabe ini, kata Peter, pada tahun berikutnya (2023) ia pun dipercaya oleh pemerintah Kecamatan Polen untuk menjadi tenaga teknisi pertanian. Tugasnya adalah membimbing para petani di 12 desa dalam wilayah kecamatan tersebut, agar menjadi petani yang sukses.

Namun demikian, meski usaha tanaman cabenya mulai berhasil, dan mendapat kepercayaan untuk membimbing petani di 12 desa, namun ia tetap mendapat kritikan dari keluarga dan warga setempat. Ia bahkan dibilang sudah gila, pergi kuliah jauh sampai ke Jawa untuk jadi perawat, tetapi setelah pulang malah memilih jadi petani.

Bagi Peter Salem, apa yang dikritik keluarganya wajar saja. Karena itu, ia pindah ke Kota Soe, ibu kota Kabupaten TTS, dan memulai usaha tanaman holtikultura di seputaran Kota Soe. Kebetulan ada orang yang membolehkan dirinya mengelola lahannya di Desa Noenbila, wilayah Kecamatan Molo Selatan, di pinggiran Kota Soe, secara gratis.

“Karena itu saya pindah ke Kota Soe, dan menekuni usaha tani tanaman holtikultura di wilayah ini. Saya tanam cabe, tomat, kol, buncis. Tanaman holtikultura ini saya siram secara manual. Kalau di Polen saya cuma Kelola 1 hektar lahan, di Soe saya Kelola kira-kira 10 hektar,” kata Peter.

Di Desa Noenbila Kota Soe ini, kata Peter, ia menanam 10 ribu tanaman cabe, 20 ribu sayur kol, 10 ribu tanaman sayur buncis, juga buah naga dan lainnya. Dengan total lahan yang dikelolanya saat ini telah mencapai 10 hektar.

“Ketika masih di Polen, saya usaha tanaman cabe, kerjanya dibantu oleh adik-adik ketika mereka sudah pulang sekolah. Tetapi di Soe ini, saya punya 6 orang tenaga kerja. Saya senang karena bisa menciptakan lapangan kerja bagi mereka,” kata Peter.

Menurut Peter Salem, dirinya kini lebih fokus pada tanaman cabe, karena harga cabe lebih bagus, sementara untuk tanaman sayur buncis dan kol tetap diusahakan meski keuntungannya lebih kecil disbanding cabe.

Ia juga berharap, suatu saat Anggota Komisi IV DPR RI usman Husin bisa berkunjung ke Lokasi usaha tani miliknya dan melakukan panen bersama untuk merangsang minat generasi muda menekuni usaha pertanian.

“Saya pernah bertemu Anggota Komisi IV DPR RI, Pak Usman Husin dalam suatu kesempatan di Kota Soe. Beliau siap membantu, tapi menurut saya, kalau bantuan yang diberikan tidak komplit, maka sama saja. Kalau bantu Alsintan tapi saya cari pupuk setengah mati juga sama saja,” katanya.

Selain itu, Peter Salem juga memiliki channel youtube sendiri yang mempromosikan hasil produksi usaha pertanian miliknya. Sehingga penjualan hasil usaha taninya bisa lebih laris, sekaligus merangsang minat generasi muda lainnya untuk mau berusaha tani.

Peter Salem  berharap, kelompok tani yang banyak dibentuk di wilayah Kabupaten TTS, jangan menyia-nyiakan bantuan alsintan yang disalurkan Anggota Komisi IV DPR RI usman Husin. Alat dan mesin pertanian tersebut harus bisa bermanfaat bagi peningkatan hasil produksi usaha pertanian.

Sumber : Petani Milenial di TTS, Ekspor Cabe Hingga Timor Leste, Tapi Pendidikannya S1 Keperawatan, Berharap Dikunjungi Anggota Komisi IV DPR RI Usman Husin – Warta Timor

Similar Posts