Senator Peduli Ketahanan Pangan Dimulai di NTT, Targetkan Jagung Jadi Komoditas Unggulan

Kupang, 27 September 2025 —  Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) resmi mencanangkan program “Senator Peduli Ketahanan Pangan” di Desa Oenesu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pencanangan ini menitikberatkan pada pengembangan jagung sebagai komoditas prioritas untuk mendorong swasembada pangan, memperkuat hilirisasi, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Kegiatan dihadiri pejabat dari pusat dan daerah serta perwakilan petani. Dari DPD RI hadir GKR Hemas (Wakil Ketua) beserta anggota DPD asal NTT seperti Paul Liyanto, Hilda Manafe, Stevi Harman, dan Angelius Wake Kako. Pemerintah daerah yang hadir antara lain Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, Wakil Gubernur Johni Asadoma, Ketua DPRD Provinsi Emelia Julia Nomleni, Bupati Kupang Yosef Lede, serta unsur Forkopimda. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Provinsi NTT, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, Perwakilan Kementan dan tim teknis (BRMP, Polbangtan Kupang, penyuluh) juga hadir untuk mendampingi kegiatan. Kehadiran lintas lembaga ini menegaskan pendekatan kolaboratif program.

Kedatangan para senator merupakan bagian dari program nasional “Senator Peduli Ketahanan Pangan”, yang digelar serentak di empat provinsi: Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah. Untuk NTT, agenda difokuskan di Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, melalui kegiatan penanaman jagung sebagai wujud nyata dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional.

Potensi Besar Jagung di NTT

Dalam sambutannya, Plt. Direktur Lahan, Pertanian, dan Irigasi Kementerian Pertanian RI, Dr. Ir. Hermanto, M.P., menyampaikan apresiasi atas inisiatif DPD RI yang terus bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah.

Hermanto menegaskan bahwa NTT memiliki lahan luas dan subur untuk pengembangan jagung. Saat ini, NTT memiliki lebih dari 112 ribu hektare lahan jagung dengan total produksi sekitar 260 ribu ton per tahun atau 14 persen dari rata-rata nasional. Produktivitasnya masih sekitar 2,5–3 ton per hektare, padahal potensinya bisa jauh lebih tinggi dengan penerapan teknologi budidaya yang lebih optimal.

“Pemerintah menargetkan penanaman 5.000 hektare jagung di empat provinsi, dengan 500 hektare tersebar di 10 kabupaten di NTT. Selain itu, ada program perluasan sawah baru, rehabilitasi jaringan irigasi, serta dukungan benih unggul, pupuk bersubsidi, dan alsintan untuk meningkatkan produktivitas,” jelas Hermanto.

Ia menambahkan, letak geografis NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste membuka peluang ekspor hasil pertanian, khususnya jagung dan padi.

Gubernur NTT: Jagung Sebagai Simbol Kebangkitan

Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena menyebut kegiatan penanaman jagung ini sebagai simbol kebangkitan NTT dari stigma daerah rawan pangan.

“Penanaman jagung hari ini adalah simbol semangat NTT. Kita ingin buktikan bahwa daerah yang selama ini dicap rawan pangan justru bisa menjadi lumbung jagung bagi Indonesia,” tegas Gubernur.

Ia menekankan bahwa pengembangan jagung tidak boleh berhenti di produksi. Hilirisasi menjadi kunci penting agar nilai tambah dirasakan langsung oleh petani.

“Jagung jangan hanya dijual mentah, tetapi diolah menjadi pakan ternak, tepung, atau olahan pangan lain bernilai ekonomi tinggi. Kita juga akan memperkuat koperasi petani agar hasil panen bisa dipasarkan bersama sehingga daya tawar lebih kuat,” ujarnya.

Gubernur juga menekankan bahwa arah pembangunan pangan di NTT sejalan dengan konsep One Village One Product (OVOP).
“Setiap desa harus punya produk unggulan berbasis potensi lokal. Jagung bisa menjadi basis pengembangan pangan di satu wilayah, sementara desa lain bisa mengembangkan produk turunan berbeda sesuai karakteristiknya. Dengan begitu, kita tidak hanya bicara swasembada pangan, tetapi juga pemerataan ekonomi desa,” jelasnya.

Menurutnya, OVOP akan diperkuat melalui koperasi, digitalisasi, dan inovasi anak muda desa sehingga produk olahan jagung maupun komoditas lain dari NTT bisa menembus pasar nasional bahkan internasional.

Komitmen DPD RI untuk Kedaulatan Pangan

Wakil Ketua I DPD RI, GKR Hemas, menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah bagian integral dari pertahanan negara.

“Kekuatan bangsa bukan hanya ditentukan oleh teknologi dan energi, tetapi juga kemampuan mengamankan pangan. Negara yang terlalu bergantung pada impor pangan akan rentan secara politik dan ekonomi,” ujarnya.

Ia menambahkan, DPD RI hadir bukan hanya untuk seremoni, tetapi untuk memastikan program benar-benar berjalan dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

“Dari daerah, kita bersatu untuk Indonesia maju. Jagung dipilih karena bernilai strategis, mudah dibudidayakan, dan bernilai ekonomi tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani,” tegasnya.

Empat senator asal NTT yang turut hadir juga menyampaikan komitmen mereka untuk terus memperjuangkan pembangunan berbasis potensi daerah.

Simbolis Penyerahan Bantuan dan Tanam Jagung

Dalam kesempatan tersebut, dilakukan pula penyerahan simbolis bantuan benih jagung unggul, pupuk, serta sarana prasarana pertanian dari Kementerian Pertanian kepada kelompok tani. Bantuan ini diharapkan dapat mempercepat peningkatan produktivitas dan memberi dampak nyata bagi kesejahteraan petani.

Acara dilanjutkan dengan penanaman jagung secara simbolis

Dukungan Pemerintah Provinsi NTT

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda, menyambut baik inisiatif ini dan menegaskan bahwa pihaknya siap berkolaborasi.

“Kami di Dinas Pertanian NTT akan mendukung penuh program ini melalui pendampingan teknis, penyediaan lahan demfarm, dan pembinaan petani agar produksi tidak hanya meningkat dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas sehingga mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional,” jelas Kadis.

Harapan dan Antusiasme Masyarakat

Acara pencanangan penanaman jagung di Oenesu berlangsung meriah, dihadiri oleh tokoh adat, tokoh agama, kelompok tani, serta ratusan masyarakat. Mereka menyambut dengan optimisme bahwa jagung bisa menjadi motor penggerak ekonomi baru di NTT.

“Momentum ini harus kita jadikan tonggak baru bahwa NTT bukan hanya penerima kebijakan, tetapi juga bagian dari solusi bangsa. Dengan kerja sama semua pihak, swasembada pangan bukan sekadar impian, melainkan kenyataan,” pungkas Gubernur

Similar Posts