UPTD PKDLHP NTT Layani Permintaan APH Kabupaten Nagekeo: 300 Kg Beauveria bassiana  untuk Hama Kakao dan 100 Ekor Baculovirus untuk Oryctes Kelapa

KUPANG, NTT – UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT merespons permintaan kebutuhan Agens Pengendali Hayati (APH) dari Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo dengan menyediakan 300 kilogram Beauveria bassiana  dan 100 ekor Baculovirus Distribusi APH ini ditujukan untuk mengatasi serangan hama kritis pada perkebunan kakao dan kelapa yang telah mencapai tingkat merugikan secara ekonomi.

Data Serangan Hama Kakao di Kabupaten Nagekeo

Beauveria bassiana  untuk Pengendalian Hama Utama Kakao

Distribusi 300 kilogram Beauveria bassiana  secara khusus ditargetkan untuk mengendalikan hama-hama destruktif pada tanaman kakao (Theobroma cacao) yang menjadi komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Nagekeo.

Target Hama Spesifik B. bassiana pada Tanaman Kakao:

1. Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp) 2. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) 3. Kutu Putih Kakao (Pseudococcus longispinus) 4. Ulat Bulu Kakao (Euploea spp)

Serangan Hama Perkebunan di Kabupaten Nagekeo

Kondisi Umum Serangan Hama Kakao

Kabupaten Nagekeo menghadapi serangan hama kakao yang cukup serius dengan 4 jenis hama utama: Helopeltis sp (kepik pengisap buah), Conopomorpha cramerella (penggerek buah), Pseudococcus longispinus (kutu putih), dan Euploea spp (ulat bulu). Dari total 14.530 hektare perkebunan kakao, sebanyak 2.980 hektare (20,5%) telah terserang dengan kehilangan produksi mencapai 298 ton kakao kering per tahun dan kerugian ekonomi Rp 5,1 miliar per tahun (Sumber: Kompilasi Data Dinas Pertanian Nagekeo, 2023).

Kondisi Per Kecamatan

Kecamatan Boawae merupakan daerah dengan status darurat hama, dimana intensitas serangan Helopeltis sp mencapai 23,95% (Sumber: Jurnal Agrotek Tropika Vol. 11 No. 2, 2023) dan Conopomorpha cramerella 15,20% (Sumber: Laporan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan NTT, 2023). Dari 5.200 hektare perkebunan kakao, 1.250 hektare terserang dengan tingkat kerusakan buah 30-45% per pohon dan penurunan produktivitas 40-55% dari potensi optimal, menyebabkan kerugian ekonomi Rp 3,2 miliar per tahun (Sumber: Analisis Ekonomi Dinas Pertanian Nagekeo, 2023).

Kecamatan Keo Tengah berada dalam zona kritis dengan intensitas serangan Helopeltis sp 20,95% (Sumber: Survey BPP Keo Tengah, 2023), Conopomorpha cramerella 12,85% (Sumber: Data Monitoring BPTP NTT, 2023), dan Pseudococcus longispinus 8,30% (Sumber: Laporan PPL Keo Tengah, 2023). Dari 4.680 hektare perkebunan, 980 hektare terserang dengan kerusakan kualitas biji dimana grade A turun menjadi B/C pada 60% produksi, menyebabkan kehilangan pendapatan petani Rp 2,4 miliar per tahun.

Kecamatan Mauponggo masuk zona waspada dengan intensitas serangan Helopeltis sp 18,75% (Sumber: Data Penyuluh Pertanian Mauponggo, 2023) dan tingkat serangan gabungan 16,40% untuk semua hama utama. Dari 4.000 hektare perkebunan, 750 hektare terserang dengan tren peningkatan 15% dalam 6 bulan terakhir (Sumber: Monitoring Bulanan BPP Mauponggo, 2023), dengan proyeksi kerugian Rp 1,8 miliar jika tidak ada intervensi segera.

Kecamatan Nangaroro mengalami serangan sporadis dengan intensitas serangan Helopeltis sp 12,60% (Sumber: Survey Kelompok Tani Nangaroro, 2023) dan Conopomorpha cramerella 8,95%. Meskipun masih di bawah ambang ekonomi, 650 hektare perkebunan kakao rakyat memerlukan monitoring ketat.

Pola Serangan Musiman

Serangan hama kakao mengikuti pola musiman dengan dua periode puncak: Februari-April (musim hujan) dimana Helopeltis sp dominan, dan Juli-September (musim kering) ketika Conopomorpha cramerella meningkat. Faktor pemicu utama adalah kelembapan tinggi (>80%) dan suhu 25-28°C yang optimal untuk perkembangan hama.

Kondisi Umum Serangan Oryctes rhinoceros

Serangan Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk/badak) pada tanaman kelapa di Kabupaten Nagekeo mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Dari total 4.200 hektare kelapa, 1.485 hektare (35,4%) terserang dengan kehilangan produksi kopra 186 ton per tahun, nilai kerugian langsung Rp 2,4 miliar per tahun, dan biaya replanting prematur Rp 650 juta per tahun, sehingga total kerugian mencapai Rp 3,05 miliar per tahun (Sumber: Kompilasi Data Dinas Perkebunan Nagekeo, 2023).

Kondisi Per Kecamatan

Kecamatan Nangaroro merupakan zona darurat dengan intensitas serangan Oryctes 32,50% (Sumber: Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, 2023). Dari 5.000 pohon kelapa produktif, 1.625 pohon terserang dengan 850 pohon (17%) mengalami kerusakan berat. Kerusakan mahkota mencapai 8-15 pelepah muda per pohon terserang dengan penurunan produksi kopra 45-60% pada pohon terserang berat, menyebabkan kerugian ekonomi Rp 2,1 miliar per tahun (Sumber: Analisis Ekonomi Kelompok Tani Kelapa Nangaroro, 2023).

Kecamatan Boawae berada dalam zona kritis dengan intensitas serangan Oryctes 28,75% (Sumber: Survey Dinas Perkebunan NTT, 2023). Dari 1.685 hektare kelapa rakyat, 485 hektare terserang dengan tingkat kematian bibit 15-20% akibat serangan larva di pembibitan dan kerusakan titik tumbuh 12% pada pohon muda (5-10 tahun) yang mengalami kerusakan permanen, menyebabkan kerugian tahunan Rp 1,8 miliar (Sumber: Data BPP Boawae, 2023).

Kecamatan Aesesa masuk zona waspada dengan intensitas serangan Oryctes 25,20% (Sumber: Data Kelompok Tani Kelapa Aesesa, 2023). Pola serangan fokus pada kelapa hibrida dan kelapa genjah dengan serangan pada pelepah muda 8-12 pelepah per pohon per bulan, dampak produksi mengalami penurunan 35-40% hasil kopra. Periode puncak serangan terjadi pada Maret-Juni dan September-November dengan proyeksi kerugian Rp 1,2 miliar per tahun.

Kecamatan Keo Tengah berada dalam zona monitoring dengan intensitas serangan Oryctes 18,90% (Sumber: Monitoring PPL Keo Tengah, 2023). Meskipun masih terkendali, 320 hektare kelapa rakyat memerlukan tindakan preventif, terutama karena fokus serangan pada kelapa tua (>20 tahun) yang lebih rentan.

Komitmen Tim UPTD PKDLHP

Jaminan Kualitas

“Setiap gram Beauveria bassiana  yang di produksi oleh LL Kupang melalui quality control ketat dengan standar nasional  dengan Viabilitas spora B. bassiana kami mencapai 90-95% ungkap ibu Corry selaku Analis Laboratorium di LL Kupang dan setiap unit Baculovirus yang kami produksi telah melalui quality control ketat dan aktivitas biologis Baculovirus OrNPV mencapai 95% mortalitas pada bioassay standar.”ungkap pak El Aplugi selaku Penanggung Jawab Sub Laboratorium Hayati yang memproduksi APH Baculovirus

Pendampingan Teknis

Romanus Lagus dan El Aplugi selaku tenaga teknis juga menekankan pentingnya aplikasi yang tepat: “Data serangan yang tinggi di Nagekeo memerlukan pendekatan aplikasi yang presisi. Kami akan mendampingi petani dengan protokol aplikasi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik setiap lokasi, termasuk timing aplikasi optimal berdasarkan siklus hidup hama.”

“Permintaan APH dari Nagekeo ini menunjukkan tingginya kepercayaan terhadap kualitas produk UPTD PKDLHP. Kami berkomitmen tidak hanya menyediakan APH berkualitas, tetapi juga memastikan keberhasilan program pengendalian hama untuk kesejahteraan petani NTT,” tegas Ibu Dewi Manek.

Distribusi 300 kg Beauveria bassiana  untuk pengendalian hama kakao dan 100 ekor Baculovirus untuk Oryctes kelapa merupakan respons tepat terhadap data serangan hama kritis di Kabupaten Nagekeo. Komitmen profesional tim UPTD PKDLHP, menjamin keberhasilan program yang berbasis data dan bukti ilmiah untuk transformasi pertanian berkelanjutan di NTT.

“Ke depan harapan kami, pengalaman Kabupaten Nagekeo menggunakan APH (agens pengendali hayati) untuk pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) juga di terapkan untuk penanganan OPT berbasis hayati di kabupaten lain untuk mendukung pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan” pungkas Ibu Dewi. (MU)

Dokumentasi :

Similar Posts