Serangan Hama Busuk Buah Kakao Di Kebun Dinas Hameli: Rekomendasi Pengendalian Hayati Dan Mekanik

SUMBA BARAT DAYA, 09 April 2025 – Kebun Dinas Hameli yang berlokasi di Desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dilaporkan mengalami serangan hama busuk buah pada tanaman kakao. Laporan tersebut disampaikan oleh petugas kebun dinas pada Senin, 7 April 2025.

Berdasarkan hasil identifikasi, serangan tersebut disebabkan oleh jamur patogen Phytophthora palmivora yang mengakibatkan penyakit busuk buah kakao. Serangan ini berpotensi menurunkan produktivitas tanaman kakao secara signifikan apabila tidak segera ditangani dengan tepat.

Kepala Seksi Kebun Dinas UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan, Pak Mikson Lakidang, SP. M.Sc Agr menjelaskan bahwa gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak coklat kehitaman pada permukaan buah yang kemudian menyebar dengan cepat hingga seluruh permukaan buah dalam waktu 3-5 hari. Serangan hama busuk buah ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar, dengan penurunan hasil panen hingga 30-90% pada kondisi serangan berat.

Menanggapi situasi tersebut, Seksi Pengelolaan Laboratorium Hayati dan Biopestisida Perkebunan UPTD yang dipimpin oleh Plt. Kepala Seksi Ibu Christin Hukom, SP. M.T telah menyusun rekomendasi pengendalian yang komprehensif dengan mengutamakan pendekatan hayati dan mekanik.

Rekomendasi Pengendalian
Berdasarkan hasil kajian dan ketersediaan agen pengendali hayati (APH) yang dimiliki, Seksi Pengelolaan Laboratorium Hayati dan Biopestisida Perkebunan merekomendasikan strategi pengendalian terpadu dengan fokus pada penggunaan metabolit sekunder Trichoderma yang dikombinasikan dengan teknik sarungisasi.

Pengendalian Hayati dengan Metabolit Sekunder Trichoderma
“Laboratorium kami telah memproduksi metabolit sekunder Trichoderma yang terbukti efektif dalam mengendalikan jamur patogen penyebab busuk buah kakao,” jelas Ibu Christin Hukom.

Protokol aplikasi metabolit sekunder Trichoderma yang direkomendasikan adalah:

  • Konsentrasi 15-20 ml metabolit sekunder per liter air
  • Tambahkan perekat/perata 1 ml per liter larutan
  • Aplikasikan pada pagi hari (06.00-09.00)
  • Semprotkan hingga seluruh permukaan buah dan batang terbasahi merata
  • Ulangi aplikasi setiap 10-14 hari pada musim hujan
See also  Kelompok Tani Nevon Belajar Teknologi Ramah Lingkungan

Metabolit sekunder Trichoderma bekerja melalui beberapa mekanisme pengendalian terhadap patogen, antara lain:

  • Antibiosis yang menghambat pertumbuhan patogen
  • Degradasi dinding sel patogen melalui enzim kitinase dan glukanase
  • Induksi ketahanan sistemik pada tanaman kakao

Pengendalian Mekanik dengan Sarungisasi
Selain pengendalian hayati, teknik sarungisasi juga sangat direkomendasikan sebagai metode pengendalian mekanik. Prosedur sarungisasi yang tepat meliputi:

  • Pemilihan buah kakao yang masih muda dan sehat (umur 3-4 bulan)
  • Penyemprotan metabolit sekunder pada buah dan dibiarkan kering (1-2 jam)
  • Pemasangan kantong plastik transparant berlubang pada buah
  • Pengikatan bagian pangkal plastik dengan tali atau karet
  • Pemeriksaan dan penggantian sarung yang rusak setiap 2-3 minggu

“Kombinasi metabolit sekunder Trichoderma dan sarungisasi dapat memberikan perlindungan hingga 95% dari serangan patogen busuk buah,” tambah Ibu Christin.

Program Pengendalian Terpadu
Untuk penanganan optimal, tim dari UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan merekomendasikan jadwal pengendalian terpadu sebagai berikut:

Minggu 1: Persiapan

  • Sanitasi kebun menyeluruh
  • Pemangkasan untuk meningkatkan sirkulasi udara
  • Perbaikan drainase

Minggu 2: Pengendalian Utama

  • Aplikasi metabolit sekunder Trichoderma (20 ml/liter) ke seluruh tanaman
  • Sarungisasi buah muda setelah aplikasi metabolit sekunder

Minggu 3-12: Pemeliharaan

  • Aplikasi metabolit sekunder setiap 10-14 hari
  • Monitoring kondisi sarung dan penggantian jika rusak
  • Sanitasi berkelanjutan (pembuangan buah terinfeksi)
  • Pemanenan buah matang secara teratur

Langkah Ke Depan
Kepala UPTD, Ibu Maria I. R. Manek, menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan serangan hama dan efektivitas pengendalian yang diterapkan di Kebun Dinas Hameli.

“Kami juga akan memberikan pendampingan teknis kepada petugas kebun dinas dalam penerapan rekomendasi pengendalian ini, serta melakukan evaluasi secara berkala untuk melihat keberhasilan pengendalian,” ujarnya.

See also  689 Hektare Padi di NTT Terdampak Kekeringan

Diharapkan dengan penerapan strategi pengendalian terpadu ini, serangan hama busuk buah kakao di Kebun Dinas Hameli dapat dikendalikan secara efektif dan berkelanjutan, sehingga produktivitas tanaman kakao dapat ditingkatkan kembali.

Untuk informasi lebih lanjut, petani dan pihak yang berkepentingan dapat menghubungi UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT.


Kontak:
UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT
Penulis: Corry Mola

Artikel ini disusun berdasarkan laporan teknis dan rekomendasi dari Seksi Pengelolaan Laboratorium Hayati dan Biopestisida Perkebunan UPTD Perbenihan, Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati Perkebunan.

Similar Posts